*** fl psl. 5 hlm. 54-69 Isteri yang Benar-benar Disayangi *** - APAKAH ANDA SELALU MENDUKUNG SUAMI? - “ISTERI YANG CAKAP” - PANDANGAN ANDA MENGENAI SEKS DAPAT MEMENGARUHI - MENANGIS DAN MERENGEK - “WAKTU UNTUK BERDIAM DIRI DAN WAKTU UNTUK BERBICARA” - ‘DIMENANGKAN TANPA SEPATAH KATA’ Pasal 5 - Isteri yang Benar-benar Disayangi PERNAH seorang wanita mengeluh, ‘Ku tahu suamiku sayang padaku, tetapi belum pernah ia mengatakannya. Yah, memang kadang-kadang kalau aku mendesaknya, tetapi alangkah senangnya andaikata itu diucapkan spontan,’ 2 Teman wanitanya menyahut, ‘Laki-laki semuanya begitu. Saya pun pernah bertanya kepada suami saya apakah ia cinta padaku. Lalu ia katakan, “Bukankah aku kawin denganmu? Bukankah aku tinggal bersamamu dan menunjangmu? Masakan ku lakukan itu jika aku tidak saya padamu”’ 3 Sesaat kemudian ia meneruskan: ‘Kau tahu, belum lama ini aku menjadi terharu. Sewaktu membersihkan ruang belajarnya pada suatu hari ku temukan sebuah foto di sebuah laci mejanya. Rupanya itu foto yang pernah ku perlihatkan kepadanya dari album tua dari keluargaku. Fotonya diambil ketika umurku baru tujuh tahun mengenakan baju renang. Ia telah mengambil foto itu dari album dan menaruhnya di lacinya. 4 Si teman wanita itu tersenyum mengingat kejadian tersebut, kemudian mengatakan: ‘Ku perlihatkan foto itu kepadanya ketika ia pulang dari pekerjaannya. Ia pun mengambil foto itu dan mengatakan sambil tersenyum, “Aku sayang sekali kepada gadis cilik ini.” Lalu ia menaruh foto di meja dan memegang kedua pipiku dan mengatakan: “Aku juga sayang gadis ini setelah menjadi isteriku.” Kemudian ia menciumku dengan hangatnya. Mataku berkaca-kaca jadinya.’ 5 Isteri yang mengetahui bahwa ia sangat disayangi oleh suaminya merasa hangat dan tenteram di hati. Firman Allah menasihatkan suami untuk mengasihi isterinya seperti tubuhnya sendiri: “Suami harus mengasihi isterinya seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya. . . . keduanya menjadi satu daging.” (Efesus 5:28, 29, 31) Seperti telah dibahas, isteri harus benar-benar menyegani suaminya. Tetapi suami pun harus menjaga kelakuannya, sehingga lebih mudah disegani. Demikian juga sebaliknya bila anda ingin suami suami mengasihi dan merawati anda: Jagalah tingkah laku anda demikian rupa sehingga suami mengasihi anda dengan segenap hatinya. APAKAH ANDA SELALU MENDUKUNG SUAMI? 6 Supaya isteri dicintai, tidak cukup ia menundukkan diri kepada suami. Kuda atau anjing yang terlatih baik pun bisa tunduk kepadanya. Di taman Eden terdapat banyak binatang yang semuanya tunduk kepada Adam. Tetapi ia masih tetap sendirian karena tidak ada yang sejenis dengan dia. Ia membutuhkan manusia lain sebagai teman bergaul yang cerdas untuk melengkapi dan membantunya. “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja,” demikian firman Yehuwa. “Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.”—Kejadian 2:18. 7 Suami membutuhkan isteri yang bukan saja mencintai dan menghormatinya, tetapi juga benar-benar membantu dia, mendukung dia dalam keputusan-keputusan yang diambilnya. Ini tidak sulit asal saja keputusan itu berdasarkan persetujuan kedua pihak setelah dibahas bersama. Tetapi memang ini tidak mudah bila isteri tidak diminta pendapatnya atau ternyata kurang setuju. Bila ini terjadi, masihkah anda setia mendukung suami? Apakah anda akan berusaha keras mensukseskan keputusan suami, asal saja bukan untuk melakukan kegiatan yang melanggar hukum atau bertentangan dengan Firman Allah? Ataukah anda dengan keras kepala enggan membantu, dengan harapan mudah-mudahan suami gagal, supaya anda bisa mengatakan, ‘Bukankah sudah ku katakan?’ Jika suami melihat anda juga berusaha keras mensukseskan apa yang hendak dikerjakan, meskipun sebenarnya anda kurang setuju, dukungan setia anda akan membuat suami lebih mengasihi anda, bukan? 8 Yang terutama harus dijaga: Janganlah coba mengambil alih tanggung-jawab suami sebagai kepala! Sekalipun anda berhasil, anda pasti tidak akan menyenangi suami.
Suami pun tidak akan menyenangi anda atau dirinya. Mungkin saja ia kurang mengambil pimpinan sebagaimana mestinya. Mengapa anda tidak menganjurkan dia? Apakah anda selalu menghargai tiap usahanya untuk memimpin keluarga? Apakah anda membantu dan memberi dorongan semangat padanya jika ia mengambil inisiatip? Ataukah anda mengatakan bahwa ia melakukan suatu kesalahan, bahwa rencananya akan gagal? Kadang-kadang adalah kesalahan isteri jika suami tidak memimpin keluarga. Misalnya jika isteri meremehkan usul-usul suami atau menentang apa yang hendak dilakukannya. Atau mempersalahkan suami jika hasilnya kurang baik dengan mengatakan, ‘Bukankah sudah ku katakan tidak bisa’? Lama-kelamaan suami menjadi bimbang dan tidak tegas. Sebaliknya, suami makin mantap dan berhasil karena kesetiaan dan dukungan anda, yang disertai keyakinan dan kepercayaan kepadanya. “ISTERI YANG CAKAP” 9 Supaya isteri benar-benar disayangi oleh suami, ia harus rajin menunaikan kewajiban rumah tangganya. Alkitab berkata tentang wanita demikian: “Ia lebih berharga dari pada permata.” (Amsal 31:10) Apakah demikian halnya dengan anda? Apakah anda ingin menjadi isteri seperti itu? 10 Sewaktu membicarakan kesibukan seorang “isteri yang cakap” buku Pengkhotbah berkata: “Ia bangun kalau masih malam, lalu menyediakan makanan untuk seisi rumahnya.” (Amsal 31:15) Banyak gadis kawin tanpa persiapan yang lengkap karena belum pernah diajar ibunya untuk memasak, tetapi ia dapat belajar. Dan wanita yang bijaksana akan belajar supaya dapat masak yang enak! Memasak merupakan suatu seni! Bila masakan enak, bukan saja perut dikenyangkan, tetapi hati pun senang.
11 Banyak hal yang dapat dipelajari mengenai soal masak-memasak. Ada baiknya mengetahui soal gizi demi kesehatan keluarga anda. Tetapi belum tentu suami akan memuji anda, jika makanan yang dihidangkan hanya dengan memikirkan gizi. Menurut Alkitab, Ribka isteri Ishak pandai memasak. Demikian “enak”nya sehingga menjadi kegemaran suami. (Kejadian 27:14) Kaum isteri patut belajar dari contoh ini. 12 Di beberapa daerah kaum wanita pergi berbelanja tiap pagi untuk membeli keperluan sehari-hari. Di tempat lain hanya sekali seminggu, kemudian bahan-bahan makanan yang tidak tahan lama disimpan di lemari es. Bagaimanapun kebiasaan isteri, seorang suami pasti menghargai jika ia pandai memegang uang dan tidak melampaui anggaran belanja keluarga. Jika isteri pandai memilih makanan dan pakaian dengan mutu yang baik dan mengerti harga, tentu ia tak akan membeli sesuatu sebegitu dilihatnya. Sebaliknya, seperti kata Amsal 31:14: “Ia serupa kapal-kapal saudagar. Dari jauh ia mendatangkan makanannya.”
13 Keadaan di rumah juga mencerminkan bagaimana seorang isteri memperlihatkan kewajiban rumah tangganya. Amsal 31:27 selanjutnya memperlihatkan bagaimana kesanggupan seorang isteri yang cakap: “Ia mengawasi segala perbuatan rumah tangganya. Makanan kemalasan tidak dimakannya.” Ia tidak suka dengan kebiasaan bangun siang, mengobrol terlalu lama dengan tetangga, dan sebagainya. Meskipun pekerjaan rumah tangga sewaktu-waktu dapat terbengkalai karena ia jatuh sakit atau terjadi sesuatu yang tidak terduga, pada umumnya keadaan rumahnya bersih dan rapih, Suami merasa tenang dan tidak kuatir jika teman-temannya berkunjung ke rumah. Ia tidak akan merasa malu karena rumahnya dalam keadaan berantakan. 14 Umumnya wanita tidak perlu diberitahukan bahwa penting juga untuk merawat diri, tetapi ada beberapa yang perlu diingatkan akan hal ini. Sungguh sulit untuk mengasihi seseorang yang penampilannya memperlihatkan bahwa ia kurang memperhatikan dirinya. Alkitab menganjurkan supaya wanita “berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sederhana.” Tetapi Alkitab juga menasihatkan untuk jangan terlalu mengutamakan potongan rambut, perhiasan atau pakaian mewah yang hanya menarik perhatian.—1 Timotius 2:9. 15 Yang lebih berharga bukan busananya, melainkan perangai orangnya sendiri. Dan rasul Petrus berpesan kepada kaum isteri Kristen bahwa “roh yang lemah lembut dan tenteram . . . sangat berharga di mata Allah.” (1 Petrus 3:3, 4) Dan ketika menyebutkan semua ciri-ciri seorang isteri yang cakap, Amsal menambahkan bahwa “ia mengulurkan tangannya kepada yang miskin” dan bahwa “pengajaran yang lemah lembut ada di lidahnya.” Ia tidak mementingkan diri atau ketus, tetapi gemar memberi dan pemurah. (Amsal 31:20, 26) “Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN [Yehuwa] dipuji-puji.”—Amsal 31:30. 16 Sungguh, wanita seperti itu akan sangat dicintai oleh seorang suami yang berpandangan sama seperti Pencipta kita. Perasaannya terhadap isterinya akan sama seperti diungkapkan penulis Amsal: “Banyak wanita telah berbuat baik, tetapi kau melebihi mereka semua.” (Amsal 31:28, 29) Tanpa harus didesak, ia akan tergerak untuk menyatakan perasaan demikian kepada isterinya. PANDANGAN ANDA MENGENAI SEKS DAPAT MEMENGARUHI 17 Ketidak-puasan seks merupakan akar dari banyak masalah dalam perkawinan. Kadang-kadang disebabkan suami kurang mempedulikan atau mengerti kebutuhan jasmani dan emosi dari isteri. Kadang-kadang isteri kurang bergairah merasakan apa yang dialami suami secara fisik dan emosi. Seharusnya sanggama dalam mana suami-isteri sama-sama ambil bagian dengan penuh kerelaan dan kehangatan merupakan pernyataan intim dari cinta kasih yang saling mereka rasakan. 18 Mungkin sikap isteri dingin karena suami terlalu kasar, tetapi suami pun dapat tersinggung melihat isterinya acuh tak acuh.
Dan bila isteri memperlihatkan kejijikan, mungkin itu mematahkan keinginannya atau bahkan menyebabkannya tertarik pada wanita lain. Jika isteri hanya menuruti kemauan suami dengan sikap acuh tak acuh, suami mungkin akan menganggapnya sebagai bukti bahwa isteri tidak mencintainya lagi. Kegairahan seks dirangsang oleh emosi, dan jika seorang isteri dingin sambutannya, mungkin ia perlu memeriksa kembali pandangannya mengenai seks. 19 Nasihat Alkitab bagi suami-isteri adalah supaya mereka jangan “menjauhi” satu sama lain. Firman Allah tidak membenarkan suami atau isteri menggunakan hubungan seks untuk menghukum teman hidup atau untuk menunjukkan kejengkelan. Misalnya, seorang isteri melarang suami untuk menjamahnya sampai berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan lamanya. “Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya.” (1 Korintus 7:3-5) Ini tidak berarti isteri harus mau melakukan cara-cara tidak normal yang dianggapnya menjijikkan secara moral. Dan suami yang mencintai dan menghormati isteri tidak akan memaksanya berbuat demikian. “Kasih . . . tidak melakukan yang tidak sopan.” (1 Korintus 13:4, 5) Tidak sepatutnya suami-isteri juga menanyakan orang lain apakah suatu cara yang mereka lakukan pantas atau tidak pantas. Di 1 Korintus 6:9-11, Alkitab jelas menyebutkan perbuatan apa saja yang terlarang bagi umat penyembah Allah Yehuwa: gendak, perzinahan dan homoseks. (Periksa juga Imamat 18:1-23.) Dewasa ini banyak tokoh-tokoh kemajuan-zaman yang menganut “moral yang baru,” sebenarnya tidak bermoral. Mereka menyerukan agar masyarakat diberi kebebasan untuk melakukan perbuatan seks yang tadinya terlarang. Sebaliknya ada juga orang-orang kolot yang ingin lebih mempertegas larangan-larangan tersebut. Alkitab mengajarkan pandangan yang seimbang. Biasanya soal seks jarang sekali jadi masalah, jika segala segi lain dari hubungan perkawinan berjalan baik, jika ada kasih, respek, komunikasi yang baik dan saling pengertian. 20 Untuk dapat memperoleh kasih sayang seorang suami,
tiada sekali-kali isteri boleh menggunakan seks sebagai alat untuk memperoleh apa yang ia inginkan. Memang, tidak semua wanita melakukan ini, tetapi ada juga. Dengan cara-cara yang halus mereka memaksakan kemauan mereka atas suami melalui seks. Apa hasilnya? Pikirkanlah, mungkin timbul kasih sayang dalam hati anda terhadap seseorang yang menjual sebuah gaun pesta kepada anda? Tidak mungkin. Demikian pula tak mungkin timbul kasih sayang di hati seorang suami jika isterinya meminta sesuatu padanya sebagai imbalan atas seks yang diberikannya. Mungkin saja wanita itu memperoleh keuntungan materi, tetapi ia mengalami kerugian emosi dan rohani. MENANGIS DAN MERENGEK 21 Simson orang kuat, tetapi ia tak tahan terhadap wanita yang memaksakan kemauan mereka melalui tangisan atau rengekan. Sekali peristiwa calon isterinya menyerang dia dengan tangisan. Seperti tercatat di Hakim-Hakim 14:16, 17: “Lalu menangislah isteri Simson itu sambil memeluk Simson, katanya: ‘Engkau benci saja kepadaku, dan tidak cinta kepadaku; suatu teka-teki kaukatakan kepada orang-orang sebangsaku, tetapi jawabnya tidak kauberitahukan kepadaku.’ Sahutnya kepadanya: ‘Sedangkan kepada ayahku dan ibuku tidak kuberitahukan, masakan kepada engkau akan kuberitahukan?’” Percuma saja Simson meyakinkan dia memakai akal sehat. Bila emosi sedang bekerja, percuma untuk meyakinkan orang. “Tetapi isterinya itu menangis di sampingnya selama ketujuh hari mereka mengadakan perjamuan itu. Pada hari yang ketujuh diberitahukanlah kepadanya, karena ia merengek-rengek kepadanya, kemudian perempuan itu memberitahukan jawab teka-teki itu kepada orang-orang sebangsanya.”
22 Jangan menganggap suami kurang mencintai anda, hanya karena tidak menuruti kemauan anda. Calon isteri Simson menuduh bahwa ia kurang mencintainya, tetapi sebenarnya ia sendiri lah yang kurang mencintai Simson. Ia memaksa terus sampai Simson tidak tahan lagi. Setelah Simson menerangkan jawaban atas teka-tekinya, calon isterinya langsung melanggar kepercayaan Simson terhadapnya, bergegas menyampaikan rasa Simson kepada musuh-musuhnya. Akhirnya ia kawin dengan seorang pria lain 23 Kemudian Simson mulai tertarik kepada wanita lain bernama Delila. Boleh jadi Delila itu cantik jelita, tetapi dapatkah Simson benar-benar mencintainya? Untuk memancing keterangan yang dapat digunakannya untuk kepentingan pribadi, Delila tiada henti-hentinya merengek-rengek. Berkata Alkitab: “Lalu setelah perempuan itu berhari-hari merengek-rengek kepadanya dan terus mendesak dia, ia tidak dapat lagi menahan hati, sehingga ia mau mati rasanya.” Betapa menyedihkan kesudahan ceritanya.—Hakim-Hakim 16:16. 24 Betapa bodohnya wanita yang suka menangis dan merengek. Kebiasaan itu dapat menghancurkan rumah tangga. Dengan cara itu ia justru menjauhkan suami. Alkitab memperingatkan terhadap kebiasaan demikian, seperti dalam ayat-ayat berikut: “Siapa membangkit-bangkitkan perkara, menceraikan sahabat yang karib.” “Pertengkaran seorang isteri adalah seperti tiris yang tidak henti-hentinya menitik.” “Lebih baik tinggal di padang gurun dari pada tinggal dengan perempuan yang suka bertengkar dan pemarah.” “Seorang isteri yang suka bertengkar serupa dengan tiris yang tiada henti-hentinya menitik pada waktu hujan, siapa menahannya menahan angin, dan tangan kanannya menggenggam minyak.”—Amsal 17:9; 19:13; 21:19; 27:15, 16. 25 Mengapa dalam Alkitab hanya isteri yang mendapat nasihat begini? Mungkin karena wanita biasanya lebih emosionil dan lebih cepat menuruti perasaan mereka, apalagi jika bingung mengenai sesuatu. Selain itu, mungkin mereka merasa itulah satu-satunya senjata mereka. Mungkin saja suami sebagai kepala keluarga memaksakan kehendaknya. Maka isteri merasa perlu untuk melawan dengan menggunakan senjata emosionil itu. Seharusnya anda jangan melakukan itu, dan suami anda jangan membuat anda merasa terpaksa untuk bertindak demikian. 26 Memang, satu waktu anda kurang sehat dan tanpa sengaja anda mungkin cepat menangis. Tetapi itu lain dari pada sengaja melampiaskan emosi untuk memaksakan kehendak sendiri.
27 Kebanyakan suami yang benar-benar mencintai isterinya, biasanya lebih suka mendahulukan apa yang disukai isteri. Berusahalah untuk menyenangkan hati suami, dan kemungkinan ia juga akan berusaha untuk menyenangkan hati anda. “WAKTU UNTUK BERDIAM DIRI DAN WAKTU UNTUK BERBICARA” 28 Para isteri sering mengeluh, ‘Suamiku tidak pernah bicara.’ Mungkin ini merupakan kesalahan suami, tetapi seringkali ada juga suami yang sebenarnya ingin bicara dengan isteri, hanya saja tidak selalu begitu mudah. Mengapa? Yah, tidak semua wanita itu sama. Tetapi cobalah anda membandingkan diri dengan contoh-contoh berikut: 29 Contoh pertama adalah wanita yang paling senang mengobrol dengan tetangga. Tetapi bagaimana caranya ia bicara? Begitu tetangganya itu berhenti bicara untuk menarik napas, ia langsung mengambil alih pembicaraan. Ia tidak lupa untuk mengajukan satu dua pertanyaan. Atau kadang-kadang ia memulai suatu pokok pembicaraan yang lain sama sekali. Tidak lama kemudian wanita yang lain itu akan memotong pembicaraannya dan meneruskan ceritanya. Begitulah kira-kira mereka saling merebut bicara, tetapi tak ada yang tersinggung. 30 Setelah itu suami pulang, dan ia ingin menceritakan sesuatu. Begitu memasuki rumah, suami mengatakan, ‘Kau tahu, apa yang terjadi di kantor tadi pagi . . .’ Tetapi sebelum ia dapat melanjutkan, isterinya sudah memotong pembicaraan dan mengatakan: ‘Dari mana noda di bajumu itu? Lihat dulu di mana kamu jalan. Lantai baru saja saya pel.’ Sesudah itu mungkin suami tidak bernafsu lagi meneruskan ceritanya. 31 Atau, mungkin mereka kedatangan tamu dan suami sedang menceritakan suatu pengalaman. Tetapi ceritanya kurang lengkap atau ada sebagian yang tidak tepat. Lalu isteri memotong pembicaraan, mula-mula untuk meralat keterangan yang salah, kemudian untuk menyelesaikan ceritanya dengan sempurna. Mungkin sesudah itu suami menarik napas panjang dan mengatakan kepada isteri, ‘Ah, kamu saja yang cerita!’ 32 Contoh lain adalah wanita yang selalu menganjurkan suaminya untuk bicara. Sebenarnya ia hampir-hampir tidak dapat menahan rasa ingin tahunya. Tetapi ia pura-pura biasa saja menanyakan: ‘Ke mana saja kamu?’ ‘Siapa yang datang juga?’ ‘Apa yang terjadi?’ Rupanya yang paling disukainya adalah berita-berita, bukan mengenai hal sehari-hari, tetapi mengenai soal-soal yang bersifat rahasia. Ia mengumpulkan berbagai keterangan itu dan dibantu daya khayalnya sendiri ia mencoba mengisi bagian-bagian yang masih lowong. mungkin sebagian keterangan yang diperolehnya tidak semestinya diceritakan oleh suami. Hal-hal lain mungkin tidak salah untuk dibicarakan dengan isteri, tetapi suami menganggap isterinya dapat menyimpan rahasia. Jika isteri kemudian bercerita di luar, jelas ia telah mengingkari kepercayaan suami. ”Jangan buka rahasia orang lain,’ demikian bunyi peringatan dalam Amsal 25:9. Pasti dapat timbul masalah jika isteri melakukan ini. Dapatkah suami dipersalahkan, jika di kemudian hari ia lebih berhati-hati untuk bicara? 33 Lalu contoh ketiga adalah wanita yang tidak banyak bicara. Ia cukup baik menjalankan tugas rumah tangga., tetapi jarang sekali ia bicara.
Orang yang ingin bicara dengan dia terpaksa bicara lebih banyak. Mungkin ia bersifat pemalu. Atau mungkin kurang berpendidikan di masa kecilnya. Entah mengapa demikian, tiap usaha untuk menariknya dalam suatu percakapan menemui kegagalan. 34 Itu tak berarti mereka tidak dapat berubah. Semua orang dapat belajar seni berbicara. Jika di samping pekerjaan rumah tangga, seorang wanita rajin membaca bacaan yang berguna dan melakukan kebaikan untuk orang-orang lain, ia akan mempunyai cukup bahan untuk diceritakan kepada suaminya. Dan untuk berhasil dalam percakapan, rahasianya adalah “saling mengisi.” Dibutuhkan juga respek secukupnya untuk membiarkan suami menyelesaikan bicaranya, untuk membiarkan suami menyelesaikan bicaranya, untuk membiarkan dia mengatakannya dengan caranya sendiri, dan untuk tahu diri apabila harus menyimpan suatu rahasia. Seperti kata Pengkhotbah 3:7: “Ada waktu untuk berdiam diri, dan ada waktu untuk berbicara.” 35 Karena itu, apakah tidak lebih baik anda berusaha supaya suami senang bicara dengan anda, dari pada terus mengeluh bahwa ia kurang sering bicara? Cobalah tunjukkan minat pada apa yang ia lakukan. Dengarkan baik-baik pada waktu ia bicara. Sambutlah pembicaraan suami dengan menunjukkan cinta kasih yang hangat dan penuh hormat. Jagalah supaya apa yang anda percakapkan lebih banyak bersifat positip dan membina. Tak lama lagi anda akan mulai senang bercakap-cakap satu sama lain. ‘DIMENANGKAN TANPA SEPATAH KATA’ 36 Seringkali perbuatan lebih besar artinya dari pada ucapan. Terutama bagi suami yang tidak seiman. Tentang mereka rasul petrus berkata: “mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya,jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu.” (1 Petrus 3:1, 2) banyak suami yang tidak beriman mengeluh karena isteri terus “mengkhotbahi” mereka dan mereka benci akan hal itu. Sebaliknya banyak suami akhirnya menaruh iman setelah melihat bagaimana Firman Allah merubah isteri mereka. Umumnya orang lebih terkesan melihat contoh perbuatan dari pada mendengar khotbah. 37 Bila anda bicara dengan teman hidup anda yang tidak seiman, “hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih,” bersifat pantas, atau seperti kata Alkitab “dimasinkan dengan garam.” Ada waktunya untuk bicara. “Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya, adalah seperti buah apel emas di pinggan perak,” kata Alkitab. Mungkinkah suami sedang merisaukan sesuatu? Siapa tahu ada yang kurang beres di tempat pekerjaannya? Alangkah besar penghargaannya jika isteri mengucapkan mengucapkan sesuatu yang memperlihatkan pengertian. “Perkataan yang menyenangkan . . . manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang.” (Kolose 4:6, Bode; Amsal 25:11; 16:24) Atau, bergantung keadaan, hanya dengan menyisipkan tangan anda dalam tangannya, seolah-olah mengatakan: Aku mengerti, aku berada di pihakmu, aku akan membantu sedapat mungkin. 38 Sekalipun suami tidak sepaham dengan kepercayaan anda, menurut Firman Allah ada harus tetap tunduk kepadanya. Siapa tahu kelakuan anda kelak memenangkan dia, sehingga ia akan memeluk iman yang sama. Alangkah bahagianya saat itu! Dan bila saat itu tiba, suami akan menyadari bahwa ada lebih banyak alasan lagi untuk mencintai anda. Sebab ia dibantu untuk mencapai “hidup yang sebenarnya,” terdorong oleh pengabdian anda yang teguh membela apa yang benar.—1 Korintus 7:13-16; 1 Timotius 6:19. 39 Alkitab menganjurkan semua isteri Kristen, termasuk yang suaminya tidak seiman, untuk “mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar Firman Allah jangan dihujat orang.”—Titus 2:4, 5. 40 Jika anda sebagai isteri sungguh-sungguh berusaha melakukan ini, anda akan dicintai bukan saja oleh suami, tetapi juga oleh Allah Yehuwa. --------------- sumber buku "Membina Keluarga Bahagia" edisi bahasa indonesia rata2 pencetakan 39.913.000-eksemplar, diterbitkan dalam 83-bahasa. Anda dapat memperolehbuku ini secara CUMACUMA, segera inboks kami, tks
0 ulasan:
Posting Komentar